TUMPEK WARIGA

Om Swastyastu

image

Wujud cinta lingkungan

“Nini Nini, buin selae dina galungan. Mabuah apang nged… nged… nged.” Artinya: “Nenek nenek, 25 hari lagi Galungan. Berbuahlah agar lebat… lebat… lebat…”.

Begitu ucapan para petani Hindu sembari mengetokkan golok di tangan kanan pada pepohonan saat hari Tumpek Wariga. Hari itu dimaknai sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan atas kesuburan tanaman hingga tumbuh baik dan menghasilkan buah atau bunga lebat.

Dalam penyebutannya; Tumpek wariga, juga disebut tumpek bubuh, tumpek uduh, tumpek pengatag, dirayakan umat Hindu setiap 210 hari sekali, atau 25 hari sebelum Hari Raya Galungan, yakni setiap Dina Saniscara (Sabtu) Kliwon Wuku Wariga.

Sarana Upakara:
Sebagai ucapan syukur, umat Hindu mempersembahkan banten ajuman/soda dan bubur sumsum (terbuat dari tepung beras, ditaburi kelapa dan gula merah cair). Pada pohon juga diisi ceniga. Dan dibawahnya segehan cacahan

image

Kajian Makna:
Tumpek wariga merupakan upacara berkaitan dengan lingkungan, terutama melestarikan pohon baik yang menghasilkan daun, bunga dan buah.

Sebutan “NINI”, dalam tumpek wariga ditujukan pada Tuhan dalam manifestasi sebagai Sang Hyang Sangkara: penguasa segala tumbuh tumbuhan.

Alam semesta memiliki kekuatan tersembunyi, yang bisa dimanfaatkan dengan baik dan benar, seperti aset pepohonan tropis, tanaman-tanaman yang banyak di sekitar kita. kalau kita bisa memanfaatkan dengan baik, akan membuat sejahtera dan berpengaruh positif dalam kehidupan kita, tapi kalau kita pergunakan dengan tidak baik akan merugikan dan berpengaruh negatif bagi kehidupan, tanaman yang terpelihara dengan baik, menjaga keberadaan mereka serta memeliharanya dengan benar, akan berdampak positif bagi manusia secara sekala dan niskala, terutama bagi alam lingkungan itu sendiri.

Contoh kecilnya lainnya, tanaman-tanaman di sekitar kita, banyak memprediksi bahkan dari kalangan ilmuwan yang menekuni dunia ilmiah, meyakini akan terjadi revolusi pengobatan kedokteran modern (medis) ke pengobatan herbal menuju pengobatan pikiran dan tubuh. Hal-hal seperti ini ditandai dengan adanya ketidakseimbangan kimiawi di dalam otak terkait langsung dengan dengan penyakit psikis yang diderita manusia.

image

Kalau kita cermati alam sungguh mengagumkan, betapa tidak, alam ini begitu sudah sempurna diciptakan oleh Yang Maha Kuasa, menyediakan beraneka macam kebutuhan manusia, tinggal kita saja bisa atau tidaknya menggali sumber-sumber yang ada di muka ini untuk sebuah kebaikan yang bermanfaat. Seperti halnya saat manusia itu sakit, Segala macam bentuk tanaman bisa dijadikan sumber obat herbal berpartisipasi sebagai penyedia terbesar tumbuhan herbal berkhasiat sebagai obat.

Manusia memang tergantung dari alam raya, sebagai bagian dari alam semesta ini, maka umat Hindu Bali sangat memuja dan menghormati alam semesta beserta isinya. Maka dari itu dalam keyakinan beragama dan berketuhanan umat Hindu, memperingati Hari Raya Tumpek Uduh (Tumpek Wariga) sebagai salah satu penghormatan terhadap alam raya, yang telah menyediakan makanan yang dikonsumsi oleh manusia. Esensi terpenting dan makna dari perayaan Tumpek Wariga adalah rasa terima kasih yang sangat dalam terhadap kekayaan alam yang melimpah ruah. Semua puja dan puji dilantunkan para pendeta, pemangku atau pemimpin upacara dan umat penuh dengan intisari terima kasih terhadap alam.

image

Momentum ini sangat baik untuk manusia begitu pentingnya tanaman dan alam dalam arti yang sangat luas, sehingga menjadi harmoni dalam kehidupan ini. Dalam Hindu hal-hal yang berhubungan dengan manusia selalu diadakan upacara yadnya, bahkan barang mati seperti benda-benda yang terbuat dari logam seperti senjata, keris, perabotan dari besi, sepeda motor, mobil juga diupacarai agar diberi berkah dan berguna bagi manusia.

Selain mantra umum di atas, kita juga dapat mengucapkan mantram berikut saat menghaturkan upakara banten saat Dina Tumpek Wariga:

1. Stava untuk Dewa Sangkara:
Om Sankarartha pura devi, parvatya tvam himalaye, ropita sevita siddhyai, sthavanam tvam namamyaham namah svaha. (Om Hyang Widhi dalam manifestasi sebagai Dewa Kemakmuran: Sangkara yang bertahta bersama Dewi Uma, Engkau menjaga kesuburan tumbuhan seperti sucinya gunung himalaya, berkahMu senantiasa membuat teduh dan memberikan kesehatan tiap yang menikmati, Hamba bersujud bhakti padaMu wahai penguasa Tumbuhan (Sthavana), sudilah menerima persembahan hamba. (Sumber: Kitab Veda Puja Vidhi)

2. Mantram saat ngayabang Banten pada tiap tumbuhan:
Om Vam Sangkara Deva sarva sthavanam amrtha dipataye namah svaha (Om Hyang Sangkara dengan menyebut aksara suciMu “Wam”, semoga tumbuhan ini melimpahkan amertha, atas perkenaanMu. (Sumber: Lontar Taru Pramana)

3. Mantra Ngaturang Segehan:
Om Atma Tatvatma Suddhamam Svaha, Svasti Svasti Sarva Bhuta bhyo namah svaha (Om Hyang Widhi, semoga hamba dengan esensi mutlak senantiasa suci, semua elemen alam mendapatkan keselamatan. (Sumber: Lontar Sunarigama)

Demikian dapat saya utarakan secara singkat tentang hakikat Hari Tumpek Wariga. Semoga bermanfaat bagi kita dan alam lingkungan. Manggalamastu.

Om Santih Santih Santih Om

search previous next tag category expand menu location phone mail time cart zoom edit close