BHINNEKA TUNGGAL IKA TAN HANA DHARMA MANGRWA

BHINNEKA TUNGGAL IKA TAN HANA DHARMA MANGRWA Keberagaman adalah asset suatu bangsa yang jika dikelola secara bijak akan mendatangkan kebaikan. Namun di dalam keberagaman terkandung juga potensi KONFLIK yang sangat berbahaya. Pada masa kerajaan Majapahit agama Hindu “Siwa” dan agama Buddha berkembang dengan pesat. Mpu Tantular mungkin menyadari adanya potensi konflik atas keberadaan 2 agama besar ini sehingga beliau membuat kekawin Sutasoma. Berikut ini adalah petikan kalimat dalam kekawin Sutasoma: “Hyang Buddha tanpahi Siwa rajadewa…, mangka Jinatwa lawan Siwatatwa tunggal, bhinneka tunggal ika tanhana dharmma mangrwa,” artinya: “Hyang Buddha tak ada bedanya dengan Siwa, raja para dewa…., karena hakikat Jina (Buddha) dan Siwa adalah satu, berbeda-beda namun satu, tiada kebenaran bermuka dua” Melalui kekawin ini, Mpu Tantular ingin menumbuh kembangkan TOLERANSI antara umat beragama, sehingga Majapahit bisa bertambah jaya. Sungguh sebuah langkah yang bijak dimana beliau mampu meredam potensi konflik agama dan merubahnya menjadi kejayaan Kerajaan Majapahit. LALU BAGAIMANA DENGAN SITUASI INDONESIA SAAT INI? Konflik-konflik berbau sara cukup marak belakanan ini. Lalu apa solusinya? Para pendiri Negara Kesatuan Republik Indonesia yang sering disebut sebagai The Founding Fathers sangat menyadari keberagaman di Indonesia sehingga mereka menjadikan BHINNEKA TUNGGAL IKA sebagai semboyan negara dan PANCASILA sebagai dasar negara. Melihat kondisi Indonesia saat ini maka sudah saatnya semboyan BHINNEKA TUNGGAL IKA digemakan kembali. Misalnya dengan meningkatkan dialog antar umat beragama, mengadakan festival-festival budaya, seperti PKB, menambah berita-berita keanekaragaman budaya melalui radio, TV, media cetak, termasuk juga media sosial, memasukkan lebih banyak materi kebinekaan ke dalam mata pelajaran, dan lain sebagainya. Selain itu, penguatan NILAI-NILAI PANCASILA juga sudah sangat mendesak untuk dilakukan. Modelnya bisa serupa P4 di masa orde baru dengan beberapa penyempurnaan atau dengan model yang berbeda. Presiden Jokowi dalam rapat terbatas kabinet kerja mengatakan bahwa Pancasila seharusnya tidak hanya sebagai filosofi, tetapi juga perlu diimplementasi dalam jenjang pendidikan hingga di lembaga pemerintahan, termasuk organisasi massa dan keagamaan. Rencana Presiden Jokowi akan membentuk Unit Kerja Pemantapan Ideologi Pancasila (UKPIP) yang kedudukannya langsung di bawah Presiden perlu diacungi jempol. Mudah-mudahan UKPIP segera bisa dibentuk. JAYALAH INDONESIAKU

search previous next tag category expand menu location phone mail time cart zoom edit close