Renungan

Para arkeolog terkemuka dunia telah sepakat bahwa perang besar di Kuruksetra merupakan sejarah Bharatavarsa (sekarang India) yang terjadi sekitar 5000 tahun yang lalu. Sekarang para peneliti hanya ingin menentukan tanggal yang pasti tentang peristiwa tersebut. Dari hasil pengamatan beserta bukti-bukti ilmiah.

– Kota kuno Dvaraka. Demikian juga keberadaan kota Dvaraka yang dulu menjadi misteri, kota tersebut disebutkan dalam Mahabharata bahwa Dvaraka tenggelam di pantai. Doktor Rao adalah seorang arkeolog senior yang dengan tekun menyelidiki dengan “marine archaeology” dan hasilnya ditemukannya reruntuhan kota bawah laut, beserta ornamennya, didaerah Gujarat. Dwaraka, kota kerajaan Sri Krishna masa lalu.

– Sungai Sarasvati. Keberadaan kota purba Harrapa dan Mohenjodaro serta keberadaan sungai suci Sarasvati telah dijumpai dalam Reg Weda, namun tidak diketahui keberadaannya, kemudian oleh NASA dengan pemotretan dari luar angkasa ternyata dijumpai sebuah lembah yang merupakan bekas sungai yang telah mengering, namun dalam kedalaman tertentu masih tampak ada aliran air di wilayah Pakistan yang bermuara ke lautan Arab, arahnya sesuai dengan yang digambarkan dalam sastra.

– Jembatan Alengka. Pemotretan luar angkasa yang dilakukan oleh NASA telah menemukan adanya jembatan mistrius yang menghubungkan Manand Island (Srilanka) dan Pamban Island (India) sepanjang 30 Km, dengan lebar sekitar 100 m, tampak pula jembatan tersebut buatan manusia dengan umur sekitar 1.750.000 tahun. Angka ini sesuai dengan sejarah Ramayana yang terjadi pada Tretha yuga. Sekarang sedang diteliti jenis bebatuannya. Jadi Ramayana itu adalah ithihasa (sejarah), bukan merupakan dongeng.

Terkait penemuan tersebut yang menjadi pertanyaan adalah dimana keberadaan Aswatama dan keturunannya serta pengikutnya ?

Setelah perang besar di Kurukshetra, Aswatama diyakini sebagai satu-satunya musuh Pandawa yang masih hidup. Aswatama memang bukan orang sembarangan ia adalah Brahmana Ksatria sebagaimana Bisma, Drona, Krepa, Karna, dan Arjuna.

Ia adalah seorang ahli ilmu perang yang terpandang sebagai salah satu ksatria ulung pada masanya. Aswatama pun menyandang gelar maharathi, serta merupakan salah satu jenderal andalan para Kurawa dalam perang Bharatayuddha.

Setelah perang berakhir dengan kekalahan Kurawa, Aswatama berjanji kepada Duryodana bahwa ia akan membunuh para Pandawa untuknya. Dengan liciknya ia menyelinap secara diam-diam ke dalam perkemahan Pandawa pada tengah malam, dan ketika melihat lima orang yang tertidur pulas di kemah para Pandawa ia pun segera membunuhnya dengan membabi buta. Ia tidak tahu bahwa orang-orang yang ia bunuh itu bukamlah para Pandawa, melainkan kelima orang putra Pandawa dari Drupadi (Pancawala). Selain berhasil membunuh lima anaknya itu, Aswatama juga berhasil membunuh Drestadyumna, Srikandi, Utamauja, dan para pimpinan pasukan yang masih hidup.

Pandawa yang mengetahui hal itu menjadi sangat murka dan segera memburu Aswatama sampai akhirnya terjadi pertarungan dengan Arjuna. Dalam pertarungan tersebut Aswatama memanggil senjata Brahmastra yang dulu pernah ingin ia tukar dengan senjata cakra milik Kresna namun tidak berhasil.

Dengan Brahmastra ia mencoba menyerang Arjuna, dan Arjuna pun membalasnya dengan menggunakan senjata yang sama. Kresna yang mengetahui hal tersebut segera datang untuk menengahi keduanya, ia merasa Khawatir akan dampak yang timbul jika kedua senjata pamungkas itu beradu, itu artinya kehancuran bagi dunia!.

Ia menyuruh mereka berdua untuk memanggil senjatanya kembali. Arjuna berhasil memanggil Brahmastranya akan tetapi Aswatama tampaknya tidak mempunyai pengetahuan bagaimana memanggil senjatanya itu kembali sehingga pilihannya adalah menggunakan senjatanya itu. Aswatama yang masih dendam dengan Pandawa akhirnya berkata bahwa ia akan menghancurkan keturunan terakhir Pandawa, dan senjata itu pun melesat menuju rahim para wanita dalam keluarga Pandawa, salah satunya adalah Utari istri Abimanyu yang tengah mengandung.

Akibat senjata itu janin yang dikandung Utari meninggal karena terbakar di dalam perutnya. Namun Kresna berhasil menghidupkannya kembali. Karena perbuatannya itu Kresna kemudian mengutuk Aswatama aswatama dengan penderitaan yang harus dijalaninya seumur hidupnya.

Karena kutukan tersebut Aswatama menderita Kusta, dan seketika itu pula permata yang ada di dahinya lepas dan membuat tubuh Aswatama mengeluarkan bau yang sangat busuk dari setiap pori-porinya, dengan kondisi tersebut ia akan merasakan hinaan, dan cercaan dari manusia yang melihatnya sampai akhir zaman Kaliyuga. Aswatama akhirnya keliling dunia.

Lagi-lagi perang dan haus kekuasaanlah yang mengakibatkan manusia menjadi terpuruk. Dan hal ini patut kita renungkan lebih seksama sebagai buah pelajaran bahwa mengapa manusia zaman prasejarah yang memiliki sebuah teknologi maju tidak bisa mewariskan teknologinya, malah hilang tanpa sebab, yang tersisa hanya setumpuk jejak saja. Dan mengapa disemua belahan dunia tidak pernah damai?Lalu bagaimana kita menyikapi atas penemuan ini?

Mungkinkah satu diantara kita termasuk saya telah mengalir darah Aswatama sehingga dunia tidak pernah damai dan tentram?
Hanya Tuhanlah yang tahu….
SUKSME

search previous next tag category expand menu location phone mail time cart zoom edit close