PURA TAMAN AYUN

Pura Taman Ayun terletak 18 Km dari Denpasar, termasuk Desa Mengwi, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung.

Sejarah Pura Taman Ayun
Sejarah dan asal-usul Pura Taman Ayun adalah sangat erat sekali hubungannya dengan berdirinya kerajaan Mengwi pada tahun 1627 Masehi (1549 Caka). Pura Taman Ayun selesai dibangun dan dipelaspas pada tahun 1634 Masehi (1556) pada waktu pemerintahan raja Mengwi yang pertama yaitu : I Gusti Agung Ngurah Made Agung yang kemudian bergelar “Ida Cokorda Sakti Belambangan”.

Pura Taman Ayun adalah pura paibon/pedarman dari keluarga raja Mengwi untuk memuja roh para leluhur dari raja-raja yang diwujudkan dengan dibangunnya sebuah Gedong Paibon.
Sebagaimana halnya pura-pura di Bali, Pura Taman Ayun dibagi pula menjadi tiga halaman yaitu bagian yang paling suci disebut Utama Mandala (Jeroan), Madia Mandala (jaba tengah), dan Nista Mandala (jabaan). Untuk masuk ke Utama Mandala dibangun sebuah Kori Agung (Paduraksa) sedangkan pada Madia dan Nista Mandala dibangun candi bentar (Apit surang).
Selain gedong paibon, di Utama Mandala (jeroan) dilengkapi pula dengan pelinggih-pelinggih lainnya untuk pesimpangan-pesimpangan/pengayatan-pengayatan dari beberapa pura kahyangan jagat di Bali. adapun maksud dan tujuan didirikannya pelinggih-pelinggih tersebut oleh raja adalah agar beliau beserta rakyat kerajaan Mengwi dapat memohon restu untuk keselamatan serta kesejahteraan dan kesuburan negara, juga untuk memberikan kesempatan kepada segenap rakyat Mengwi turut serta melakukan upacar-upacara keagamaan di Pura Taman Ayun seperti : misalnya meajar-ajar, memendak sangpitara, nunas pekuluh (air suci) untuk memberantas hama di sawah dan lain-lain.
Juga disini dibangun pelinggih tempat menyembah “Pasek Badak” untuk menyembah rohnya Pasek Badak yang disungsung oleh segenap “Bala Putra” terunaBata-Batu (prajurit kerajaan).
Pura Taman Ayun juga merupakan tetamanan tempat untuk beristirahat dan berkreasi dari para keluarga raja Mengwi. Pura ini luasnya 4 Ha (40.000 M2) dikelilingi oleh kolam besar, pada zaman kerajaan dahulu ditanami beraneka bunga seperti teratai, seroja, sedangkan di tepi kolamnya ditumbuhi pohon kamboja, cempaka, kenanga, sekarwati, plasa, tunjung, siulan dan pohon buah-buahan seperti manggis, durian, wani, mangga, dan rambutan.
Pura Taman Ayun sangat dipengaruhi oleh pasang surutnya kerajaan Mengwi, pada tahun 1890 masehi (1812 Caka) timbulah perang dengan raja Badung, Mengwi mengalami kekalahan dan raja Mengwi (yang kesepuluh) “I Gusti Agung Made Agung” gugur dalam pertempuran itu dan segenap keluarga raja yang masih hiup menyelamatkan diri ke wilayah sebelah timur. Selama ada dalam pengasingan, pura Taman Ayun tidak terpelihara seperti sebelum perang yang dirawat sangat baiknya, sehingga timbulah kerusakan-kerusakan pada bangunan-bangunan yang ada.
Pada tahun 1911 M kembalilah sebagian dari keluarga raja kembali ke Mengwi dan Pura Taman Ayun drawat kembali. Tetapi pada hari sabtu, tanggal 20 Januari 1917 Masehi terjadi becana alam gempa bumi (gejer) yang sangat dahsyat sehingga banyak dari bangunan-bangunan ada menjadi roboh dan rusak. Namun bisa dipugar kembali satu demi satu hingga kini, seperti yang kita saksikan sekarang.
Pura Taman Ayun telah mengalami beberapa kali perbaikan. Perbaikan secara besar-besaran dilaksanakan tahun 1937. Pada tahun 1949 dilaksanakan perbaikan terhadap kori agung, gapura bentar, dan pembuatan wantilan yang besar. Perbaikan ketiga tahun 1972 dan yang terakhir tahun 1976.
Kompleks Pura Taman Ayun menempati tersusun atas pelataran luar dan tiga pelataran dalam, yang makin ke dalam makin tinggi letaknya. Pelataran luar yang disebut Jaba, terletak di sisi luar kolam. Dari pelataran luar terdapat sebuah jembatan melintasi kolam, menuju ke sebuah pintu gerbang berupa gapura bentar.

Gapura tersebut merupakan jalan masuk ke pelataran dalam yang dikelilingi oleh pagar batu. Di jalan masuk menuju jembatan dan di depan gapura terdapat sepasang arca raksasa. Di sebelah kiri jalan masuk, tidak jauh dari gerbang, terdapat bangunan semacam gardu kecil untuk penjaga. Di halaman pertama ini tersebut terdapat sebuah wantilan (semacam pendapa) yang digunakan untuk pelaksanaan upacara dan juga sebagai tempat penyabungan ayam yang dilaksanakan dalam kaitan dengan penyelenggaraan upacara di pura.
Pelataran dalam pertama seolah dibelah oleh jalan menuju gapura yang merupakan pintu masuk ke pelataran dalam kedua. Di sisi barat daya terdapat bale bundar, yang merupakan tempat beristrirahat sambil menikmati keindahan pura. Di sebelah bale bundar terdapat sebuah kolam yang dipenuhi dengan teratai dan di tengahnya berdiri sebuah tugu yang memancarkan air ke sembilan arah mata angin. Di timur terdapat sekumpulan pura kecil yang disebut Pura Luhuring Purnama.
Di ujung jalan yang membelah pelataran pertama terdapat gerbang ke pelataran kedua. Pelataran ini posisinya lebih tinggi dari pelataran pertama. Tepat berseberangan dengan gerbang terdapat sebuah bangunan pembatas, yang dihiasi dengan relief menggambarkan 9 dewa penjaga arah mata angin. Di sebelah timur terdapat sebuah pura kecil yang disebut Pura Dalem Bekak. Di sudut barat terdapat balai Kulkul yang atapnya menjulang tinggi.

Pelataran dalam ketiga atau yang terdalam merupakan pelataran yang paling tinggi letaknya dan dianggap paling suci. Pintu utama yang disebut pintu gelung terletak di tengah dan hanya dibuka pada saat diselenggarakannya upacara. i kiri dan kanan pintu utama terdapat gerbang yang digunakan untuk keluar masuk dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari di pura tersebut. Di pelataran ini terdapat sejumlah Meru, Candi, Gedong, Padmasana, Padma Rong Telu, dan bangunan-bangunan keagamaan lainnya.

Upacara piodalan di Pura Taman Ayun jatuh pada hari Selasa Kliwon Wuku Medangsia, setiap 210 hari sekali (tiap-tiap 6 bulan Bali).

Pura Taman Ayun sudah banyak dikunjungi wisatawan sejak sebelum perang dunia, sebagai pengemongnya adalah Keluarga Puri Gede Mengwi yang dibantu oleh sebuah Panitia yang terdiri dari para prajuru adat, seperti kelian Desa Adat sekecamatan Mengwi, yang terdiri dari 38 Desa Adat yang disebut dengan “MANGU KERTHA MANDALA”.

3. Pelinggih-pelinggih yang ada di Pura Taman Ayun
Meru Tumpang 11
Pelinggih Hyang Gunung Batukau

Gedong
Pelinggih Dewan Gusti

Candi Kuning
Pelinggih Dewi Ciligading

Candi Padmasana
Pelinggih Batara Wawu Rauh

Candi
Pelinggih Hyang Pura Sada

Tugu
Pelinggih Batara Dugul – dewata bagi padi di sawah

Meru Tumpang 11
Pelinggih Batari Ulunsuwi (Dewi Sri)

Meru Tumpang 11
Pelinggih Persimpangan Sakenan

Gedong
Pelinggih Paibon leluhur penguasa puri Mengwi

Meru Tumpang 9
Pelinggih Hyang Gunung Batur

Meru Tumpang 11
Pelinggih Hyang Gunung Agung

Gedong
Pelinggih Hyang Siwa Raditya

Meru Tumpang 9
Pelinggih Hyang Pengelengan Pucak Mangu

Meru Tumpang 7
Pelinggih Ida Betara Kawitan

Meru Tumpang 5
Pelinggih Batungaus

Meru Tumpang 3
Pelinggih Sang Hyang Pasurungan

Meru Tumpang 2
Pelinggih Ratu Pasek Badak

Bale Piyasan
Bale di mana pretima dihiasi

Bale Murda
Tempat khusus yang disediakan untuk para sesepuh.

Gedong Penyimpenan
Bangunan berupa rumah kecil untuk menyimpan atribut pura.

Bale Saka 9
Bale Gong, balai tempat menabuh gambelan

Bale Saka 8
Bale Pepelik

Bale Pawedan
Tempat sulinggih duduk saat upakara berlangsung.

Bale Pepelik
Bale untuk menempatkan sesajian

Bale Panggungan
Bale untuk menyajikan Upakara

Bale Saka 9
Bale penyimpanan perabot upacara

Gedong
Pelinggih Batara Puncak Padangdawa

Segaran
Kolam keliling

Kori Agung
Pintu Gerbang: dibuka hanya pada saat ada Upakara Pura.

search previous next tag category expand menu location phone mail time cart zoom edit close