PADMA KEMBAR

Diantara Pura kawasan yang ada di Bali, Pura Bukit Buluh mungkin yang paling unik. Uniknya, di Pura ini terdapat Padma Kalih, atau “Sanggaran Kembar” di mana maknanya hingga kini belum

terungkap. Bertahun-tahun saya simpan pertanyaan ini. Bertahun-tahun saya mencari-cari jejak sejarahnya. Para tetua di Gunaksa tak juga tahu.

Memang di Bali ada dua gelombang penataan agama. Gelombang pertama dilakukan Mpu Kuturan. Beliau membangun Desa Pakraman. Membangun kahyangan tiga Puseh-Dalem-Bale Agung. Beliau penggagas bangunan meru yang ada di Bali

Gelombang Kedua penataan agama dilakukan Danghyang Nirartha. Beliau inilah yang menghadirkan bangunan suci Padmasana, sebagai stana Tuh

an Yang Maha Esa. Padmasana ini adalah perkembangan lebih maju dari Lingga Yoni, batu silinder simbol Bhatara Siwa, simbol penciptaan dan kesuburan.

Sejarah Lingga Yoni, terkait dengan pemujaan Siwa Tantra Yoga, amatlah purba, bisa ditelusur hingga ke Lembah Hindus, peradaban Mahejodaro India, lalu berkembang ke Asia, hingga Nusantara, Bali. Siapa saja sempat berkeliling ke candi-candi Jawa Tengah sampai Jawa Timur, segera akan menemukan altar Lingga Yoni begitu banyak. Ketika membangun Tugu Monas, Soekarno diihlami simbol Lingga Yoni. Begitu juga tugu yang berdiri megah di Kota Klungkung. Itu adalah Lingga Yoni dalam bentuk lebih besar, yang di zaman Dang Hyang Nirartha dimodifikasi menjadi Padmasana atau Sanggaran.

Nah apa kemudian makna “Padma Kalih” di Pura Bukit Buluh? Pendapat saya sementara, Padma Kalih itu adalah stana Siwa-Buddha. Ditelusur dari dua dinasti yang dimuliakan di Pura Bukit Buluh, yakni: Dinasti De Lurah Tutuan penganut Siwa. Dinasti Dalem Mangori asal Keling [Jawa] penganut Buddha. Maka yang terjadi di Bukit Buluh itu adalah sinkritisme Siwa-Buddha. Lambang penyatuan itu dapat kita lihat pada palinggih “Padma Kalih” atau Sanggaran Kembar. Padma Kalih ini sekaligus sebagai simbol penyatuan De Lurah Tutuan dan Dalem Mangori. Siwa-Buddha tunggal jatinia. Siwa-Buddha satu hakikatnya.

Orang tahu “Bapak Sinkritisme’” Siwa-Buddha di Jawa adalah Mpu Tantular, penulis Kakawin Sutasoma. Beliau juga diduga menulis Kakawin Negarakretagama. Keturunan beliau sekarang menetap di Geria Bodakeling, Karangasem.

Nah untuk sementara, tafsir inilah yang paling dekat dengan makna dan sejarah Padma Kalih di Pura Bukit Buluh. Jika ada para ahli menyajikan tafsir lebih kompeten, kami tunggu penyempurnaannya. Rahayu…

search previous next tag category expand menu location phone mail time cart zoom edit close