RWA BHINEDA

Sahabat2ku terkasih…
Di dalam Hindu di sebut Rwa Bhineda di Bali ada simbol sarung Hitam Putih ( Saput Poleng) Kenapa Pohon di sarungkan ? Hindu tidak hanya mengajarkan hormat kepada sesama manusia tapi juga terhadap Butha ( alam semesta ini ) mahkluk yg tidak nampak dengan indra penglihatan kita, mereka ada tapi berada di alam dimensi yg lain..mereka mempunyai energy positive dan negative, dengan penghormatan seperti itu maka kita merubah energy dari energy negative menjadi energy positive, dari penggangu menjadi bahkan membantu kita, seperti halnya seseorang yg memelihara ayam ketika lupa memberi makan maka ayam itu akan masuk ke dapur mencakar cakar di dapur untuk mendapatkan makanan, begitu juga lupa memberikan makan peliharaan lainya maka akan menggangu kita dengan suara suaranya, inilah logika dalam Hindu, atau di dalam budaya China di kenal dengan Yin dan Yang.
Tanpa kejahatan maka kebenaran itu tidak akan kita tahu dan timbul (Dharma), tanpa ada Hitam bagaimana kalian mengetahui Putih?
Bagaimana ? tahu terang jika tidak ada gelap?
Kedua kekuatan itu tetap ada, tidak dapat di pisahkan, apakah ingin memotong tangan kiri ? bagaimana jadinya ? pincang tentunya,

Sahabatku terkasih..
Sesungguhnya melepaskan diri dari segala macam keterikatan adalah Samnyas. Dan, pelepasan itulah yang mengantar kita ke alam kemanunggalan, bebas, dari segala dualitas. Itulah Yoga.

“Apa yang menyebabkan keterikatan? Dualitas, halusinasi-perbedaan. Ini anakku, itu anakmu. Ini hartaku, itu milikmu. Bahkan, tidak jarang para anggota ISTI – Ikatan Suami Takut Istri – setakut apa pun, masih tetap bisa membuat perjanjian ‘pisah harta’. Sehingga, suatu saat kalau cerai, nggak repot. Untung ada ‘lembaga’ pisah-harta! Ha ha ha…. Intinya, semua itu adalah hasil dari dualitas. Kepercayaanku, kepercayaanmu; Tuhanku, Tuhanmu. Daftar dualitas tidak pernah bisa diperpendek, selalu bertambah panjang.

Melampaui dualitas tidak berarti kita meninggalkan suami atau istri. Tidak. Kita tetap melayani pasangan kita, tapi dengan semangat yang beda. Kita sedang melayani diri kita sendiri dalam wujud yang beda. Jika susah, maka layanilah dia dengan mempersembahkan yang terbaik kepada Gusti Pangeran.

Bahwa ketika kita mampu melampaui dualitas, kita akan jelas melihat bahwa ada sesuatu yang nyata. Tapi yang tidak nyata itu tidak bertentangan dengan yang nyata. Apa yang tidak nyata hanya tidak nyata. Ini adalah di luar realitas, terpisah dari realitas. Tapi itu bukan dan tidak dapat bertentangan dengan realitas. Sesuatu yang tidak nyata tidak dapat memiliki lawannya. Tidak ada yang bisa mengancam yang tidak nyata. Dengan demikian, langkah pertama pada jalan spiritual adalah untuk melampaui dualitas.

Tapi bagaimana Anda bisa meraih kebenaran tersebut, kebenaran yang lebih tinggi? Kita dapat melakukannya hanya ketika kita menyadari kebenaran mulia bahwa segala sesuatu yang muncul dari dualitas akan menyebabkan penderitaan, dan bahwa penyebab penderitaan kita adalah keinginan kita yang salah yang didasarkan pada kemelekatan kita terhadap hal-hal duniawi, baik itu kesenangan duniawi atau keinginan untuk menjadi benar dalam arti manusia dan merasa bahwa kita lebih baik dari mereka yang kita definisikan sebagai salah karena mereka berbeda dari Anda atau memiliki pandangan yang berlawanan dari kita.

Ada banyak sekali orang di planet ini yang menghabiskan seluruh hidup mereka dengan berusaha untuk menunjukkan keunggulan dan merasa lebih baik daripada yang lain. Mereka selalu melihat diri mereka selalu dalam persaingan dengan orang lain dan ini terjadi mulai dari orang yang biasa hingga yang berkedudukan tinggi, seperti kata pepatah, hidup adalah perjuangan, untuk memiliki rumah yang lebih baik, mobil yang lebih besar dan barang-barang material yang lebih banyak. Dan itu juga terjadi hingga pada elite kekuasaan yang ingin memiliki kekuasaan lebih dari orang-orang lain dalam kelompok-kelompok elite kekuasaan lain dimana mereka saling membandingkan diri mereka sendiri.

Kita dapat menghabiskan seumur hidup kita melakukan pencarian yang tidak masuk akal untuk mencari sesuatu dianggap benar oleh kebanyakan orang. Atau kita dapat mencapai realitas dari kebenaran Tuhan. Namun untuk meraih kebenaran Tuhan kita harus bersedia untuk secara sadar dan sengaja memilih untuk melepaskan kemelekatan kita untuk hal-hal di dunia materi.

Selama kita melekat pada kebenaran orang lain, untuk menjadi populer atau tidak ingin dilihat sebagai orang tidak berguna atau diejek untuk keyakinan, gaya hidup atau tindakan kita, selama kita melekat pada apa pun, pada setiap penampilan kita di dunia ini, untuk berdiri di antara manusia lain, maka kita tidak akan bebas untuk memahami kebenaran yang lebih tinggi dari Tuhan atau untuk mengekspresikan kebenaran itu.

Ketidakmelekatan adalah kunci untuk ketenangan pikiran. Dan ajaran ini adalah benar. Ini adalah ajaran abadi. Ini adalah ajaran kekal.
Untuk mengatasi dualitas kita harus bersedia melepaskan keinginan, keyakinan, kemelekatan yang muncul dari dualitas. Dan karena itu kita harus datang ke titik di mana kita lebih mencintai kebenaran Tuhan daripada kebenaran mausia. Dan ini pada akhirnya harus menjadi keputusan sadar yang kita buat.

Sesungguhnya, tidak semua orang telah siap untuk membuat keputusan itu. Tapi yang pasti sudah siap atau segera siap adalah mereka-mereka yang telah menjadi spiritual. Dan jika kita merenungkan konsep-konsep ini, kita akan datang ke titik di mana kita akan merasakan secara spontan, keinginan mendadak untuk mengalami realitas yang lebih tinggi dari Tuhan yang tiba-tiba membuat kita mudah untuk melepaskan beberapa kemelekatan kita. Dan sekali kita menyadari betapa mudahnya untuk melepaskan satu kemelekatan, kita dapat membangun sebuah momentum untuk melepaskan kemelekatan secepat kita menemukannya.

Seorang Samnyas tidak berurusan dengan belenggu macam apa pun, jenis apa pun, sekalipun bertatahkan permata dan intan berharga. Harga adalah ilusi yang diciptakan oleh dualitas juga. Arang, batu bara, kristal, pernata, intan, berlian, wujud Anda dan wujud saya – semuanya adalah carbon-based. Kalau dihargai – semestinya sama harganya. Semestinya dihargai dengan satuan kiloan. Tapi tidak, kita menghargai tubuh dengan satuan lain, batu bara dengan satuan lain, dan berlian dengan satuan yang beda lagi
Lampauilah dualitas!….
Rahayu

search previous next tag category expand menu location phone mail time cart zoom edit close