Catatan 4

Sahabat2ku terkasih…
Pada waktu Anda menginsafi keterkondisian Anda, maka Anda memahami keseluruhan kesadaran Anda. Kesadaran merupakan keseluruhan bidang tempat bekerjanya pikiran dan terjadinya antar – hubungan. Semua alasan, motif, niat, keinginan, kenikmatan, ketakutan, inspirasi, dambaan, harapan, kesengsaraan, kegembiraan terdapat di bidang itu.

Kita hidup dalam fragmen-fragmen… Pribadi Anda di kantor lain daripada di rumah; Anda berbicara tentang demokrasi sedang di dalam hati Anda, Anda seorang otokrat; Anda bicara tentang mencintai sesama manusia, tetapi Anda membunuhnya dengan persaingan; satu bagian dari diri Anda bekerja, melihat, lepas dari bagian lainnya. Sadarkah Anda akan kehidupan terpecah-belah yang berlangsung di dalam diri Anda?

Bila dalam usaha memahami keseluruhan struktur “aku”, si “diri” dengan segala sifatnya yang sunguh kompleks itu, Anda berjalan setapak demi setapak, membuka diri Anda selapis demi selapis menyelidiki setiap buah pikiran, perasaan dan alasan, maka Anda akan terlibat dalam suatu proses analisa yang akan makan waktu berminggu-minggu, berbulan-bulan, tahunan lamanya – dan bila Anda membiarkan unsur waktu masuk ke dalam proses upaya pemahaman diri Anda sendiri itu, Anda mau tak mau membiarkan pula setiap bentuk distorsi, karena si “diri” itu sesuatu yang kompleks, yang bergerak, hidup, berjuang, berkeinginan, menolak, dengan pelbagai paksaan dan tekanan dan segala macam pengaruh yang terus-menerus menimpanya.

Demikianlah Anda akan menemukan bagi diri Anda sendiri bahwa itu bukanlah jalannya; Anda akan memahami bahwa satu-satunya cara untuk mengamati diri Anda sendiri adalah secara total,
langsung tanpa waktu; dan Anda hanya dapat melihat totalitas diri Anda sendiri, bila batin Anda tidak terpecah-belah. Yang Anda lihat secara total, secara menyeluruh itu adalah kebenaran.

Dapatkah Anda melakukannya? Kebanyakan di antara kita tidak bisa melakukannya, sebab kebanyakan dari kita tidak pernah mendekati suatu masalah seserius itu, karena kita tidak pernah mengamati diri kita sendiri secara sungguh-sungguh. Tak pernah. Kita selalu mempersalahkan orang lain, kita mencoba mengelakkan persoalan-persoalan kita dengan macam-macam alasan atau kita takut mengamatinya…

Tetapi bila Anda mengamati secara menyeluruh, Anda akan mencurahkan perhatian Anda sepenuhnya, menyerahkan diri anda seutuhnya, apapun yang ada pada Anda, mata Anda, telinga Anda, urat-syaraf Anda; Anda akan memperhatikan dengan sikap lepas-aku sepenuhnya, maka tak akan ada lagi ruang untuk rasa takut, tak ada ruang untuk pertentangan; dan karenanya tak ada konflik.

Bila Anda mengamati diri Anda sedalam itu, Anda dapat menyelam lebih dalam lagi. Kita mempergunakan kata “lebih dalam” ini tanpa maksud membanding-bandingkan. Kita selalu berpikir dalam pembandingan —dalam dan dangkal, bahagia dan tak bahagia. Kita selalu mengukur, membandingkan. Adakah keadaan yang dangkal dan yang dalam di dalam diri seseorang? Bila aku berkata “pikiranku dangkal, remeh, sempit, terbatas”, bagaimana aku tahu tentang semua hal ini? Aku tahu karena aku telah membandingkan pikiranku dengan pikiran Anda yang lebih terang, berkemampuan lebih besar, lebih cerdas dan waspada. Apakah aku tahu keremehanku tanpa pembandingan? Bila aku lapar, aku tidaklah membandingkan rasa lapar itu dengan rasa lapar kemarin. Rasa lapar kemarin adalah sebuah ide, sebuah memori.

Bila aku selalu mengukur diriku dengan diri Anda, berusaha keras untuk menjadi seperti Anda, maka aku menolak keadaan diriku sendiri. Itulah sebabnya maka aku menciptakan sebuah ilusi. Bila aku mengerti bahwa pembandingan dalam bentuk apapun hanya menuju kepada ilusi dan kesengsaraan yang lebih besar lagi, sebagai halnya aku menganalisa diriku sendiri, menambah pengetahuan tentang diriku sendiri sedikit demi sedikit, atau mengidentifikasikan diriku dengan sesuatu di luar diriku
apakah itu sebuah negara, seorang yang terverahkan ataupun sebuah ideologi tertentu – bila aku memahami bahwa proses demikian itu hanya menuju kepada konformitas yang lebih besar, dan karena itu kepada konflik yang lebih besar – bila aku melihat semuanya ini, maka aku membuang seluruh sikap membanding-bandingkan itu. Maka batinku tidak mencari lagi. Hal ini sangat penting untuk dipahami. Maka batinku tidak meraba-raba lagi, mencari-cari, mempersoalkan sesuatu. Ini bukannya berarti bahwa batinku telah puas dengan apa adanya, akan tetapi batin semacam ini tidak mempunyai ilusi apa-apa lagi. Maka batin semacam ini dapat bergerak dalam dimensi yang berlainan sama sekali. Dimensi yang biasanya menjadi tempat hidup kita – kehidupan sehari-hari yang berupa penderitaan, kenikmatan dan ketakutan – telah mengkondisi batin, telah membatasi sifat batin. Bila penderitaan, kesenangan dan ketakutan telah hilang (yang tidak berarti bahwa Anda tidak pernah lagi gembira: kegembiraan sesuatu yang lain sekali dari kesenangan), maka batin kita bekerja di dalam dimensi lain yang di dalamnya tak ada konflik, tak ada rasa “berlainan”.

Secara verbal kita hanya bisa maju sejauh ini: apa yang terletak di balik itu tak terlukiskan dalam kata-kata karena kata itu bukanlah bendanya. Sampai sekarang kita bisa melukiskan, menjelaskan, tetapi kata-kata atau penjelasan apapun tidak dapat membuka pintunya. Yang dapat membuka
pintu ialah kesadaran dan perhatian dari hari ke hari – kesadaran tentang bagaimana cara kita berbicara, apa yang kita katakan, bagaimana cara kita berjalan, apa yang kita pikirkan. Ini seperti halnya kita membersihkan kamar dan menjaga kerapiannya. Anda tak mungkin mengundang “yang lain” itu. Yang dapat Anda lakukan ialah semata-mata menjaga kerapian kamar, yang berarti berbuat kebajikan demi kebajikan itu sendiri, bukan demi hasilnya. Yaitu, hidup dengan akal sehat, secara rasional, tertib. Maka, barangkali, bila Anda mujur, jendela akan terbuka dan angin akan masuk. Atau barangkali tak terjadi apa-apa. Itu tergantung pada keadaan batin Anda. Dan keadaan batin Anda itu hanya bisa dimengerti oleh diri Anda sendiri, dengan mengamatinya dan dengan tak pernah mencoba membentuknya, tak pernah berpihak, tak pernah menentangnya, tak pernah menyetujuinya, tak pernah membenarkannya, tak pernah menyalahkannya, tak pernah menilainya – yang berarti mengamati tanpa memilih-milih. Dan dari kesadaran tanpa memilih ini mungkin pintu akan terbuka dan Anda akan tahu apa itu dimensi yang tidak mengandung konflik dan tanpa waktu.
Rahayu

search previous next tag category expand menu location phone mail time cart zoom edit close